Sunday, October 04, 2009

Catatan Perjalanan (1)

Ya untuk menyambung tulisan sebelumnya Jawa-Bali, akhirnya setelah melakukan perjalanan singkat10 hari saya bersama keluarga yang InsyaAllah bermanfaat dan menyenangkan. Dan manfaat ini yang membuat saya berkeinginan untuk berbagi informasi yang mungkin tidak terlalu penting tapi bisa berguna juga di lain waktu.

Dimulai pada hari pertama, Kami sekeluarga berangkat dari daerah ciledug menuju tujuan pertama perjalanan kami ke kota Solo di Jawa Tengah. Kami memperkirakan perjalanan akan memakan waktu 12 jam lebih. Karena mengendarai mobil dengan santai kira-kira 80 km/jam, kecuali jika melewati jalan tol bisa lebih dari 100 km/jam. Jalan dari ciledug jam 7 pagi melalui tol cikampek lalu mengambil jalur utara. Keadaan jalan alhamdulillah baik, jalan pantura yang selama ini terkenal ramai, padat dan kondisi jalan yang rusak, ternyata hari itu terlihat tidak terlalu banyak kendaraan yang lewat kecuali motor memang banyak dan kondisi jalan mulus walaupun sedikit bergelombang. Pemerintah jawa barat cukup baik mengantisipasi kendaraan yang akan melonjak dibulan Ramadhan sampai Lebaran. Alhamdulillah kami cukup menikmati perjalan pantura di daerah Jawa Barat. Perjalanan lancar tanpa kendala. Mobil yang saya kendarai sendiri berjalan santai dengan sesekali berhenti di SPBU untuk buang air kecil atau dirumah makan untuk beristirahat dan sholat Dhuzur dan Ashar. Ada yang menarik diselama perjalanan. Saya cukup memperhatikan kondisi jalanan. Dari keluar tol cikampek sampai perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah jalanan mulus tidak rusak. Mungkin memang baru saja ada perbaikan disana-sini. Tapi setelah 1 Km melewati perbatasan jembatan Losari jalanan mulai memperlihatkan lubang dan gelombang dimana-mana. Berbanding terbalik dengan kondisi jalan di daerah Jawa Barat. Semoga kedepannya pemerintah Jawa Tengah lebih memperhatikan kondisi jalan. Karena selain mempengaruhi kenyamanan dalam perjalanan keadaan jalan juga mempengaruhi keselamatan pengendara khususnya para pengendara roda dua karena para pengendara dengan kecepatan tinggi dengan tiba-tiba harus menghindari jalanan yang rusak. Perjalanan terus berlanjut hingga ke kota Semarang, kami sampai dikota ini sudah sekitar pukul 17.oo waktu setempat. Di sini berhenti sejenak untuk mengisi bahan bakar kendaraan kami. Lalu dikota inilah jalanan mulai berpisah dari pantura, menuju ke kota tujuan kami Solo. Di Semarang kami melewati tol menuju daerah Ungaran Semarang, lalu ke kota Salatiga. Suasana pun mulai malam dan gelap. Perjalanan lancar, tetapi sempat melihat jalan tersendat ketika di kota semarang, wajar karena keadaan kota memang padat.

Akhirnya kami sampai dikota batik Solo sekitar pukul 19.00, sudah gelap berbeda dengan Jakarta ketika malam:). Tujuan hari pertama sudah tercapai, sebelum mencari penginapan kami mencari tempat makan untuk mengisi perut, ya makan malam. Rumah makan favorit keluarga kami ADEM AYEM di jalan Slamet Riyadi. Wah parahnya kami harus cari-cari dulu jalan Slamet Riyadi ini, maklum bukan orang Solo dan sudah lama tidak berkunjung ke kota ini. Akhirnya sampai di rumah makan kira-kira pukul 20.00. Makanan di rumah makan ini berbagai macam, khas jawa. Saya suka dengan Nasi Ramesnya. Tapi berbeda dengan anggota keluarga yang lain variasi pilihan. Alhamdulillah kenyang menyantap makan malam, kami beranjak untuk mencari tempat penginapan sederhana untuk bermalam istirahat mencharger tenaga untuk besok kami berangkat. Tapi ternyata saat itu masih terhitung hari libur lebaran. Jadi, penginapan yang terletak di kota Solo ini fullbooked. Allahu Akbar. Berputar keliling kota Solo yang mulai gelap, tak tau jalan dan tempat. Akhirnya kami berkesimpulan bahwa semua penginapan di kota Solo hari itu sudah penuh, tidak ada satupun yang kosong. Ternyata perjalanan hari ini belum selesai di kota ini, kami melanjutkan perjalanan menuju kota selanjutnya Sragen karena kami berpendapat walaupun kota kecil di Sragen pasti terdapat hotel yang sederhana dan kosong yang pasti. Menuju Sragen, kira-kira satu jam saja dari Solo. Dan tibalah di kota Sragen yang kecil dan asri, walaupun memang malam dan sepi :). Tanpa pikir panjang langsung lihat kiri dan kanan. Yak, ada plang hotel (saya lupa namanya). Masih masuk jalanan kecil, dan akhirnya ada sebuah hotel cukup luas daerahnya dipinggir sawah. Dan kami menginap disana. Satu malam saja untuk mengembalikan tenaga supaya segar meneruskan perjalanan dihari kedua. Bersih-bersih, langsung terlelap :).

Alhamdulillah akhirnya masih bisa merasakan nikmatnya pagi hari. Bangun untuk menunaikan sholat Subuh. Luar biasa ternyata hari itu saya ada dikota kecil nun jauh dari rumah (hehe...). Bersiap, bersih-bersih, sarapan, lalu kami kembali berjalan dengan mobil kami dan tentunya santai karena saya supirnya.

Yak inilah perjalanan kami di hari kedua. Jam 07.00 kami berangkat dari penginapan menuju tujuan selanjutnya. Tujuan kami tidak jauh dihari ini, ya tidak jauh karena kami akan menuju tujuan wisata pertama diperjalanan ini. Kami akan menuju pegunungan BROMO. hohoho... Luar biasa dengan semangat yang menggebu-gebu karena memang saya ingin kembali lagi ke Bromo merasakan nikmatnya udara dingin dan tingginya gunung ciptaan Allah. Luar biasa. Perjalanan dari kota Sragen kami menuju kota Ngawi. Sampai jumpa lain waktu Sragen. Yah perjalanan yang indah ini akan melewati kota-kota kecil. Setelah Ngawi kami menuju Caruban, lalu Nganjuk, Jombang, Mojokerto, Pasuruan dan Probolinggo. Sampai di kota Probolinggo ini waktu sudah menunjukan pukul 15.00. Kami belum sholat, ya karena dalam perjalanan ini kami membiasakan untuk men jamak dan qada sholat Dhuzur dan Ashar karena kami dalam perjalanan. Alhamdulillah ada rumah makan baru di pinggir jalan yang kami lewati, dan terdapat musholla yang kecil dan bersih. Oh ya, setiap mencapai kota tertentu kami selalu menyempatkan untuk mencari makan khas dari kota masing-masing. Di Probolinggo ini sudah masuk Jawa Timur. Kami mencari makanan khas jawa timuran :). Bingung... maklum jauh timur dan barat. Kenyang makan dan segar karena sudah menunaikan Sholat kami kembali berjalan menuju tujuan kami pegunungan Bromo. Jam 16.00 kami jalan. Nah, mulai di perjalanan ini kami mulai merasakan kemacetan. Iya macet seperti jakarta. Walaupun bukan di arah kami, tetapi diarah sebaliknya. Sepertinya Jalur mudik atau jalur balik dari kota Probolinggo menuju Malang sudah padat kendaraan. Mobil kami pun berjalan pelan 50 km/jam. Sebelum perpisahan jalan antara jalan raya Probolinggo-Malang menuju jalan wisata Bromo, mobil sempat terhambat karena harus menyebrang memotong jalur macet. Tetapi setelah menyebrang jalan pun kembali lancar.

Luar biasa, kami sudah dikaki gunung bromo pukul 17.30 masih terang. Suasana yang benar-benar asri pedesaan. Kendaraan hanya satu-dua saja. Kami serasa berjalan sendiri dijalan kecil yang sepertinya hanya bisa pas untuk 2 mobil saja. Jalan santai, rupanya kami tidak sadar perjalanan masih begitu jauh untuk mencapai tempat wisata bromo. Jalan makin menaik ke atas. Makin sepi, makin gelap, dan jalanan makin menyempit. Mulai dijalan pegunungan sudah pukul 18.00 lewat. Banyak mobil mulai turun dari atas, sedangkan kendaraan kami berangkat ke atas :). Udara mulai dingin. Gelap karena memang tidak ada penerangan jalan. Mulai terlihat satu dua penginapan di pinggir jalan, dan mulai terlihat mobil hardtop double gardan ciri khas daerah wisata bromo. Makin semangat mencapai penginapan Bromo di atas. Sampai disuatu persimpangan jalan ternyata ditutup. Ada kelompok tukang ojek bertanya apakah kami sudah ada penginapan. Ternyata dari mereka kami mendapat informasi bahwa penginapan paling terkenal di bromo sudah penuh. Ah kami telat dan salah menebak. Akhirnya mereka memberikan pilihan untuk penginapan di rumah warga, tapi harganya tidak wajar. Dan ada pilihan lain hotel kecil. Akhirnya dengan diantar pengendara ojek itu kami menuju hotel yang kecil dan ternyata masih baru. Yang penting bisa bermalam. Dan itupun kamar tinggal tersisa 2 kamar saja. Kamarnya seperti kos-kosan kecil kamar mandi dalam. Cukup untuk 2 orang sebenarnya. Tapi akhirnya kami berempat menempati kamar itu hitung-hitung untuk menghangatkan diri juga. Karena saat itu sudah pukul 19.00 udara dingin sekali. Oh iya saat itu tukang ojek yang mengantar ke penginapan menawarkan untuk menyewa hardtop (iya kendaraan khas wisata bromo ini) untuk digunakan saat mengunjungi puncak bromo ketika jam 3 pagi esoknya. Nego-nego akhirnya kami kalah hehe... karena memang saat itu masuk hari liburan dan harus menyewa untuk mencapai ke puncak ya sudah. Dua tempat akan kami kunjungi. Luar biasa. Kami langsung istirahat.

Sudah jam 03.00 waktu bromo. :) Saatnya untuk bangun, saat itu supir Hardtop pun sudah mengetuk pintu kamar. Wah saat berjalan, advanture sudah ada dikepala saya. Akhirnya dengan berjaket tebal, syal, topi dan tidak lupa kamera. Kami naik hardtop ke atas gunung. Dan luar biasanya. Ternyata diperjalanan sini sudah macet, iya macet jam 3 pagi. Kayak dipasar. Kami harus antri untuk menuju tempat wisata. Banyak wisatawan asing maupun lokal mengejar Sun Rise dipuncak Bromo. Dari Pintu masuk tempat wisata yang macet itu kami melewati jalan yang tidak wajar, ya tidak wajar. Karena jalan yang kami lewati adalah padang pasir. Nah dari situ kami tau kenapa harus naik Hardtop Double Gardan. Karena medan yang ditempuh. Luar biasa, gelap, dingin, dan tegang karena hardtop saling kebut balap para supir mengadu keahlian masing-masing. Sampai lah kami disuatu tempat (bukan puncak bromonya) disini sudah banyak mobil yang parkir sepanjang jalan. Dari situ kami turun dari mobil dan berjalan kaki. Sebenarnya bisa naik ojek motor, ada ratusan motor siap mengantar ke atas. Saya lebih memilih jalan kaki menikmati gelap, dingin dan segarnya pagi di Bromo. Banyaknya motor dan mobil membuat udara dijalan menuju ke atas jadi berbau asap. Sampai-sampai saya terengah-engah bukan karena lelah jalan menanjak, tetapi pekatnya asap kendaraan yang membuat leher seperti tercekik. Alhamdulillah saya sampai diatas dengan jalan kaki dan yang pasti Selamat! Selamat dari asap mematikan hehehe... keluarga saya sudah duluan sampai dengan mengendarai ojek. Padahal ternyata tidak jauh dari mobil parkir sampai keatas. Dan yang luar biasa ternyata disinilah tempat saya bisa melihat puncak bromo dari kejauhan. Ada juga puncak semeru dibelakang bromo, menjulang tinggi kokoh. Ya semeru, rumah para dewa, yang disebut-sebut sebagai gunung tertinggi di pulau jawa. Luar biasa Subhanallah, bergetar melihat ciptaanNya. Satu yang ingin saya lakukan ketika sampai. Saya mau sholat Subuh. Ternyata sudah pukul 4.30 akhirnya saya mencari tempat sholat yang bersih. Ya sebuah tanah lapang kami sholat. Di depan pohon beringin besar yang disebelah baliknya ada pura kecil untuk sesembahan warga situ. Suasana Sholat jadi sedikit unik. Kami sudah berwudhu sejak dipenginapan. Dan saat itu sholat dengan membawa sajadah, tapi angin sangat kencang sehingga sajadah harus ditahan dengan batu dan tas. Kami pun shalat dengan menggunakan sendal. :) luar bias pengalaman baru buat saya. Sholat dengan tenang dan di dalam suasana yang dinginnya luaaaar biasaaa... Selesai sholat kami menuju sebuah tepian bukit untuk melihat puncak bromo dan semeru yang ada dikejauhan sana. Ternyata ada juga orang yang berkemah untuk menunggu sunrise. Kamera siap, kami mengambil gambar. Sunrise pun muncul, luar biasa. Dan sekitar bromo pun menjadi terang. Kami mengambil gambar. Ternyata disinilah tempat beberapa photographer mengabadikan bromo dengan cantiknya (saya liat gambar bromo diinternet). Selesai foto-foto kami harus cepat-cepat menuju ke puncak bromo. Kami turun menuju mobil dengan berjalan, tidak banyak yang naik ojek karena tidak mau tertipu lagi dengan jarak yang dekat. Kecuali untuk orang-orang tua. Sampai dimobil kami langsung melesat kebawah, tapi ada spot yang bagus untuk foto-foto kami pun tidak menyia-nyiakan momen tersebut. Foto lagi hehehe... Setelah foto langsung kami menuju puncak bromo. Ternyata mobil harus parkir agak jauh dari puncak bromo. Dan ditempat parkir sudah parkir para Kuda dan Jokinya yang akan mengantar kita sampai puncak, sebenernya tidak sampai puncak karena ada 250 anak tangga yang harus kita lewati untuk mendaki ke puncak bromo. Lagi-lagi saya memilih berjalan kaki. Saat ini benar-benar melewati padang pasir. Melewati kuil ditengah padang pasir. Melewati tanjakan yang panjang. Ketika berjalan disini saya harus memakai masker, karena pasir yang diinjak akan naik dan berterbangan, apalagi setelah dilewati kuda yang berlari. Bisa membuat sesak. Jalan pelan-pelan akhirnya, baru sampai didepan tangga. Kita masih harus berusaha naik ke atas. Iya 250 anak tangga. Luar biasa semangat. Pelan dan pasti saya naiki tangga itu walaupun akhirnya harus terhenti-henti karena lelah dan harus minum dulu. Sampai diatas puncak. Ramai, padahal sempit sekali puncak bromo. Dan bau belerang sangat menyengat dari kawah. Lagi-lagi harus memakai masker. Foto-foto dan akhirnya kami turun. Dan turun pun harus mengantri. Karena saking ramainya. Belum lagi harus menuruni jalan setapak yang dilewati kuda dan berpasir, lalu melewati padang pasir. Di padang pasir sebelum menuju mobil saya menyempatkan mengambil gambar di kuil bromo tempat orang-orang tengger suku asli bromo yang beragama hindu. Setelah lelah dan puas foto-foto akhirnya kami menuju mobil dan kembali ke penginapan. Di penginapan kami sarapan dengan roti dan teh panas. Semangat dan segar kembali. Lalu mandi bersih-bersih dari segala debu pasir bromo. Selesai, kami siap berjalan menuju tujuan kami. Karena sekarang sudah hari ketiga perjalanan kami. Dan hari ini kami harus sudah bisa menuju pulau seberang. Pulau Bali here we come...
(to be continued... Catatan Perjalanan(2) )